Hallo Panda

Selasa, 29 November 2016

1. Peninggalan Kerajaan Medang

Peninggalan Kerajaan Medang
Apa saja Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan? - Kerajaan Medang (atau sering juga disebut KeKerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno. Namun, letak Kerajaan Medang Kamulan berada di daerah Jawa Timur, tepatnya di daerah Muara Sungai Brantas. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Nganjuk sebelah barat dan Pasuruan sebelah selatan serta selanjutnya hampir mencakup seluruh Jawa Timur.

Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Mpu Sindok, yang sebelumnya memerintah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Di tempat barunya ini, Mpu Sindok mendirikan sebuah dinasti yang bernama Isyana.

Apa saja Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Medang Kamulan, antara lain:
  1. Prasasti Tangeran (933 M), isinya Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani pu Kbi;
  2. Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang;
  3. Prasasti Lor (939 M), isinya Mpu Sindok memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho di Desa Anyok Lodang;
  4. Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.

2. Peninggalan Kerajaan Singasari


8 Benda dan Bangunan Peninggalan Kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari atau sering pula ditulis Singahsari atau Singosari adalah sebuah kerajaan yang berada di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di sekitar daerah Singosari, Malang.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai benda dan bangunan peninggalan dari Kerajaan Singasari. Yuk, simak dengan seksama.

1

Candi Singosari


wisataceper.wordpress.com
Candi ini terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Berada pada lembah di antara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
Berdasarkan penyebutannya pada Prasasti Gajah Mada dan Kitab Negarakertagama pada tahun 1351 M di halaman komplek candi, candi ini adalah tempat “pendharmaan” bagi raja Singasari terakhir yakni Sang Kertanegara. Raja ini meninggal pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara pemberontak yang dipimpin oleh Jayakatwang.
2

Candi Jago


malangkab.go.id
Arsitektur Candi Jago disusun layaknya seperti teras punden berundak. Candi ini bisa dibilang cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian. Menurut cerita setempat, hal ini dikarenakan petir yang menyambar. Relief-relief Pancatantra dan Kunjarakarna bisa ditemui di candi ini. Keseluruhan bangunan candi ini sendiri tersusun atas bahan batu andesit.
3

Candi Sumberawan


ennysrentcar.com
Candi Sumberawan adalah satu-satunya stupa yang ditemukan di daerah Jawa Timur. Dengan jarak yang berada sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari yang digunakan oleh umat Buddha pada waktu itu.
Candi ini memiliki pemandangan yang sangat indah karena berada di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Karena kondisi inilah candi ini diberi nama Candi Rawan.
4

Arca Dwarapala


panoramio.com
Arca ini memiliki bentuk seperti monster dengan ukuran yang cukup besar. Menurut penjaga situs sejarah ini, Arca Dwarapala adalah pertanda masuk ke wilayah Kotaraja. Akan tetapi, hingga saat ini tidak bisa ditemukan secara pasti di mana keberadaan Kotaraja Singhasari.
5

 Prasastri Singasari


anangpaser..wordpress.com
Prasasti Singosari yang bertanggal tahun 1351 M ini ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kini prasasti ini disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah candi pemakaman yang dilakukan oleh Mahapatih Gajah Mada. Bagian pertama prasasti ini merupakan penjelasan yang sangat terperinci, termasuk pemaparan posisi benda-benda angkasa. Bagian kedua menjelaskan tentang maksud prasasti ini, yakni sebagai pariwara pembangunan sebuah candi.
6

Candi Jawi


pegipegi.com
Candi ini berada di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan dan Pringebukan. Banyak yang mengira Candi Jawi ini sebagai tempat peribadatan atau tempat pemujaan Buddha. Akan tetapi sebenarnya tempat ini adalah tempat penyimpanan atau pedharmaan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.
Sebagian dari abu tersebut ini juga disimpan pada Candi Singhasari. Nah, kedua candi ini ternyata ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.
7

Prasasti Wurare


photobucket.com
Prasasti Wurare merupakan sebuah prasasti yang isinya memperingati tentang penobatan Arca Mahaksobhya di sebuah tempat yang bernama Wurare. Hal inilah yang mejadikan tempat ini disebut dengan Prasasti Wurare. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta yang bertanggal 1211 Saka atau 21 November 1289.
Arca ini sebagai bentuk penghormatan dan menjadi perlambang bagi Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari yang dianggap oleh keturunannya sudah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sementara tulisan prasastinya sendiri ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
8

Candi Kidal


triptrus.com
Candi Kidal merupakan salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Maksud dari pembangunan candi ini adalah sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Anusapati ini adalah raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 – 1248). Anusapati meninggal dibunuh oleh Panji Tohjaya yang sedang berusaha merebut kekuasaan Singhasari.


Credits: http://www.satujam.com/kerajaan-singasari/

3. Peninggalan Kerajaan Kalingga

Peninggalan Kerajaan Kalingga

PrasastiSunting

  • Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisulakendikapakkelasangkacakra dan bunga terataiyang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[3]
  • Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan RebanKabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

Candi dan situs bersejarahSunting

  • Candi Angin Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan KelingKabupaten Jepara, Jawa Tengah.
  • Candi Bubrah Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan KelingKabupaten Jepara, Jawa Tengah.
  • Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria. Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi[4] dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun. Selain empat arca, di kawasan itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.

4. Peninggalan Kerajaan Pajajaran

7 Benda dan Bangunan Peninggalan Kerajaan Pajajaran (Sunda-Galuh)

     Pada masa lalu, di Asia Tenggara penyebutan nama kerajaan sering digantikan dengan penyebutan nama ibukotanya. Pakuan Pajajaran adalah ibukota Kerajaan Sunda-Galuh yaitu gabungan dari Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang berdiri pada 1030-1579 M di lokasi yang sekarang disebut jawa barat. Sesuai dengan kebiasaan penyebutan nama kerajaan tadi, maka Kerajaan Sunda-Galuh inilah yang lebih kita kenal sebagai Kerajaan Pajajaran. So, Mari kita pelajari lebih dalam tentang peninggalan sejarahnya...

1. Prasasti Cikapundung

tempo.co
     Prasasti ini ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung, Bandung pada 8 Oktober 2010. Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-14. Selain huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Hingga kini para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut.

     Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55 cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris huruf Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengungkapkan, prasasti yang ditemukan tersebut dinamakan Prasasti Cikapundung. 

2. Prasasti Pasir Datar


     Prasasti Pasir Datar ditemukan di Perkebunan Kopi di Pasir Datar, Cisande, Sukabumi pada tahun 1872 . Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti yang terbuat dari batu alah ini hingga kini belum ditranskripsi sehingga belum diketahui isinya.

3. Prasasti Huludayeuh

http://disparbud.jabarprov.go.id
     Prasasti Huludayeuh berada di tengah persawahan di kampung Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber dan setelah pemekaran wilayang menjadi Kecamatan Dukupuntang – Cirebon.

Penemuan
     Prasasti Huludayeuh telah lama diketahui oleh penduduk setempat namun di kalangan para ahli sejarah dan arkeologi baru diketahui pada bulan September 1991. Prasasti ini diumumkan dalam media cetak Harian Pikiran Rakyat pada 11 September 1991 dan Harian Kompas pada 12 September 1991.

Isi
     Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksa dan berbahasa Sunda Kuno, tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang. Begitupun permukaan batu juga telah sangat rusak dan tulisannya banyak yang turut aus sehingga sebagian besar isinya tidak dapat diketahui. Fragmen prasasti tersebut secara garis besar mengemukakan tentang Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata yang bertalian dengan usaha-usaha memakmurkan negrinya.

4. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis


     Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu yang ditemukan pada tahun 1918 di Jakarta.. Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan membawa barang-barang untuk "Raja Samian" (maksudnya Sanghyang, yaitu Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi pemimpin utusan raja Sunda). Prasasti ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.

Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk membangun fondasi gudang di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Kali Besar Timur I), sekarang termasuk wilayah Jakarta Barat. Prasasti tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, sementara sebuah replikanya dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta

5. Prasasti Ulubelu


     Prasasti Ulubelu adalah salah satu dari prasasti yang diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda dari abad ke-15 M, yang ditemukan di Ulubelu, Desa Rebangpunggung, Kotaagung,Lampung pada tahun 1936.

     Meskipun ditemukan di daerah lampung (Sumatera bagian selatan), ada sejarawan yang menganggap aksara yang digunakan dalam prasasti ini adalah aksara Sunda Kuno, sehingga prasasti ini sering dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Sunda. Anggapan sejarawan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga wilayah Lampung. Setelah Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh Kesultanan Banten maka kekuasaan atas wilayah selatan Sumatera dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Isi prasasti berupa mantra permintaan tolong kepada kepada dewa-dewa utama, yaitu Batara Guru (Siwa), Brahma, dan Wisnu, serta selain itu juga kepada dewa penguasa air, tanah, dan pohon agar menjaga keselamatan dari semua musuh.

6. Prasasti Kebon Kopi II

http://disparbud.jabarprov.go.id
     Prasasti Kebonkopi II atau Prasasti Pasir Muara peninggalan kerajaan Sunda-Galuh ini ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebonkopi I yang merupakan peninggalan kerajaan tarumanegara dan dinamakan demikian untuk dibedakan dari prasasti pertama. Namun sayang sekali prasasti ini sudah hilang dicuri sekitar tahun 1940-an. Pakar F. D. K. Bosch, yang sempat mempelajarinya, menulis bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno, menyatakan seorang "Raja Sunda menduduki kembali tahtanya" dan menafsirkan angka tahun peristiwa ini bertarikh 932 Masehi. Prasasti Kebonkopi II ditemukan di Kampung Pasir Muara, desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada abad ke-19 ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Prasasti ini terletak kira-kira 1 km dari batu prasasti Prasasti Kebonkopi I (Prasasti Tapak Gajah).

7. Situs Karangkamulyan

sudrajat15.blogspot.com
     Situs Karangkamulyan adalah sebuah situs yang terletak di Desa Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh yang bercorak Hindu-Buddha. Legenda situs Karangkamulyan berkisah tentang Ciung Wanara yang berhubungan dengan Kerajaan Galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan kisah kepahlawanan yang luar biasa seperti kesaktian dan keperkasaan yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung Wanara. Kawasan yang luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu. Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda. Batu-batu ini berada di dalam sebuah bangunan yang strukturnya terbuat dari tumpukan batu yang bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah pintu sehingga menyerupai sebuah kamar.

     Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan menyimpan kisahnya sendiri, begitu pula di beberapa lokasi lain yang berada di luar struktur batu. Masing-masing nama tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang dihubungkan dengan kisah atau mitos tentang kerajaan Galuh seperti pangcalikan atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat melahirkan, tempat sabung ayam dan Cikahuripan.

5. Peninggalan Kerajaan Kutai



7 Benda Sejarah Peninggalan Kerajaan Kutai


KERAJAAN KUTAI – Kerajaan Kutai merupakan Kerajaan Hindu pertama yang ada di Indonesia sejak abad ke 4 masehi. Bagi kamu yang suka baca buku sejarah pasti sudah tidak asing dengan kerajaan ini. Ya, kerajaan Kutai sering dibahas dalam buku pelajaran sejarah.
Tetapi di dalam buku sejarah tersebut jarang yang memberi tahu peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Kutai. Padahal dengan adanya benda sejarah tersebut akan membuat kamu yakin akan keberadaan Kerajaan Kutai di masa lalu.
Di abad 21 sekarang ini, ada beberapa peninggalan sejarah  Kerajaan Kutai yang masih bisa kamu temukan di Museum Mulawarman yang berada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Di dalam museum ini banyak tersimpan benda-benda sejarah bukti kedigdayaan Kerajaan Kutai. Berikut adalah benda-benda peninggalan Kerajaan Kutai yang ada di Museum Mulawarman.

Sejarah  Kerajaan Kutai

1. Asal-usul Penamaan Kutai
Ahli sejarah asal Belanda bernama C.A. Maees, menciptakan karya tulis yang berjudul “De Kroniek van Kutai” buku yang di tulis pada tahun 1935 ini membahas tentang pantai yang berada di Indonesia ini. Maes meyakini akan nama Kutai yang berasal dari “koti” yang artinya “ujung”.
Pendapat ini tidak serta merta saja, Mees membuat pendapat ini denggan dalih karena posisi Kuati yang berada di ujung timur pulau Kalimantan. Berikut adalah berbagai pendapat mengenai asal usul nama Kutai.
Pendapat Pertama :
Penamaan Kutai sendiri berasal dari Cina, yaitu “kho-thay”. Kata “kho” diartikan sebagai “kerajaan” dan kata “thay” diartikan “besar”. Kata kho-thay di ucapkan Kutai, jadi arti dari kalimat tersebut adalah “kerajaan yang besar”.
Pendapat Kedua :
Pada Negara Kertagama nama Kutai sebut juga “Tunyung Kute” jika diartikan “Tunjung Kutai”. T.B.C Brandes sejarawan asal Belanda ini menafsirkan bahwa pada kedalaman sungai mahakam ada daerah dengan nama tunjung, yaitu sebuah dataran tinggi yang ditempati oleh suku dayak tunjung.
Pendapat Ketiga :
Masyarakat yang tinggal di daerah Kutai mempercayai bahwa asal nama daerah mereka berasal dari istilah “mampi” dan “kumpai”. Dua kata ini dapat diartikan sebagai nama jenis tumbuhan yang berkembang di tepi sungai dan pantai.
2. Petunjuk Keberadaan Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah kerajaan yang dikenal dengan kepercayaan yang dianutnya yaitu Hindu, kerajaan ini menjadi pusat pemerintah yang bertempat di Muara Kaman. Sebelum diketahui dan banyak yang mengenal kerajaan ini, sangat sulit untuk mencari sejarahnya.
Kerajaan yang diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara ini, dapat dilihat dari tugu yupa (tugu batu) dengan jumlah  7 yang dapat ditemukan pada Muara Kaman, menurut J.G. de Casparis yupa ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Pada yupa tersebut terdapat tulisan prasasti yang ditulis dengan bahasa Sansekerta. Pemimpin yang pertama kerajaan Kutai adalah Maharaja Mulawarman Kandungan yang terus berlanjut kepada putranya yang bernama Aswawarman.
Aswawarman mempunyai 3 orang putra tapi satu putra diantaranya adalah Sang Mulawarman yang meneruskan kepemimpinan ayahnya, yang mempunyai sifat baik, kuat dan kuasa(memiliki jiwa kepemimpinan yang baik).
3. Kehidupan Politik
Kehidupan politik yang ada pada kerajaan Kutai ini memiliki turun temurun, artinya kepemimpinan akan terus berlanjut kepada anak, cucu hingga cicitnya. Sistem pemerintahan sendiri sudah ada dan sudah dijalankan sejak kepemimpinan Aswawarman.
Meskipun begitu pemerintahan masih di atasi oleh orang-orang hindu yang berasal dan di datangkan langsung dari India. Walau begitu sistemnya pun berjalan dengan teratur dan sistematis, karena pada masa Aswawarman kerajaan Kutai menjadi bangkit dan mulai di kenal oleh banyak kerajaan lainnya.
4. Wilayah Kekuasaan
Diyakini dan dipercayai bahwa kerajaan Kutai mempunyai kekuasaan wilayang yang cukup luas, pasalnya untuk saat ini terdapat tiga kabupaten yang dulunya menjadi kekuasaan oleh kerajaan Kutai ini.
Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur. Semua ini masuk kedalam satu Provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Terdapat dua kerajaan yaitu Kerajaan Kutai Martapuran dan Kerajaan Kutai Kartanegara.
5. Kehidupan Budaya
Kebudayaan yang ada pada Kerajaan Kutai adalah kebudayaan hindu, selain itu juga ditemukan sebuah kalung Ciwa (Siwa) pada sekitar Danau Lipan yang berada di Kawasan Muara Kaman.
Penelitian pada tahun 2001 menemukan lukisan-lukisan yang berada pada dinding-dinding goa pada kawasan Gunung Marang yang berada 400 km di sebelah utara Kota Balikpapan. Tidak hanya itu ditemukan juga berbagai artefak.
Seperti sisa-sisa atau reruntuhan candi yang berupa peripih, gerabah, manik-manik, keramik dan patung perunggu juga artefakt-artefakt lainnya.
6. Kehidupan Sosial/Masyarakat dan Agama
Peradaban kehidupan yang bernuansa India, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta dan dijadikan bahasa resmi untuk permasalahan agama. Terdapat beberapa golongan yang ada pada kerajaan Kutai.
Diantaranya adalah golongan Brahmana dan Ksatria. Dimana golongan Ksatria adalah mereka yang ada hubungan kekerabatan atau orang yang dekat dengan raja. Ada golongan lain yang dimana golongan ini tidak terpengaruh akan budaya dan tradisi India.
Yaitu adalah Kutai Purba yang masih memegang erat pada agama nenek moyang mereka. Raja mulawarman sendiri memiliki agama Siwa yang mempercayai akan keberadaan 3 Dewa Besar, yaitu, Brahma, Wisnu dan Siwa.

Prasasti Yupa

Prasasti Yupa Peninggalan Kerajaan Kutai
anangpaser.wordpress.com
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa.
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.

Ketopong Sultan

Peninggalan Kerajaan Kutai Ketopong Sultan
flickr.com
Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.

Kalung Ciwa

Kalung Ciwa Kerajaan Kutai
trunajalasiddhiamertha.wordpress.com
Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura Emas

Kura-kura Emas Peninggalan Kerajaan Kutai
mirsavirdiani.blogspot.co.id
Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang berada di hulu Sungai Mahakam.
Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk mempersunting sang putri.


Credits: http://www.satujam.com/kerajaan-kutai/

6. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam


Peninggalan Kerajaan Mataram Islam


I . Sumber- Sumber Berita:
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat (yang sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.)

g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
II. Seni dan Tradisi:

a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan

c. Kerajinan Perak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.

Image and video hosting by TinyPic
d. Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya

Image and video hosting by TinyPic
e. KUE KIPO
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan gula merah.

Image and video hosting by TinyPic
f. Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.

Image and video hosting by TinyPic
III. Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:
a. Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara

Image and video hosting by TinyPic
b. Puing – puing / candi- candi Siwa dan Budha di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan
c. Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta
d. Baju “keramat” Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.

Image and video hosting by TinyPic
f. Masjid Jami Pakuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.

g. Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.

Image and video hosting by TinyPic
h. Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.

Image and video hosting by TinyPic
i. Bangsal Duda
Image and video hosting by TinyPic
j. Rumah Kalang
Image and video hosting by TinyPic
k. Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri
Image and video hosting by TinyPic