Peninggalan Kerajaan Banten
Berbicara soal jejak peninggalan Kerajaan Banten tentu tidak akan ada habisnya untuk dibicarakan karena hal ini berakar dari budaya dan silsilah Kerajaan Banten itu sendiri. Nah, bagi Anda yang senang dengan wisata sejarah, jangan lewatkan untuk berkunjung ke beberapa jejak peninggalan Banten berikut ini.
1. Istana Keraton Kaibon Banten
Istana Kaibon adalah tempat tinggal Ratu Aisyah ibunda Sultan Syaifuddin yang sekarang ini hanya bisa kita lihat sisa reruntuhannya saja. Di sini terlihat pohon besar dan kanal yang menghadap ke barat dengan beberapa bekas aliran air yang dianggap sebagai pendingin ruangan pada saat itu. Istana ini memang megah karena didesain khusus untuk tempat tinggal Ratu Aisyah. Namun, karena bentrok dengan Gubernur Belanda pada 1832, Daen Dels meruntuhkan Keraton Kaibon ini.
Istana Kaibon adalah tempat tinggal Ratu Aisyah ibunda Sultan Syaifuddin yang sekarang ini hanya bisa kita lihat sisa reruntuhannya saja. Di sini terlihat pohon besar dan kanal yang menghadap ke barat dengan beberapa bekas aliran air yang dianggap sebagai pendingin ruangan pada saat itu. Istana ini memang megah karena didesain khusus untuk tempat tinggal Ratu Aisyah. Namun, karena bentrok dengan Gubernur Belanda pada 1832, Daen Dels meruntuhkan Keraton Kaibon ini.
2. Istana Keraton Surosowan Banten
Selain Keraton Kaibon, peninggalan Kerajaan Banten yang masih bisa kita lihat puing-puingnya samapi sekarang adalah Istana Keraton Surosowan, yakni kediaman Sultan Banten yang dijadikan sebagai pusat aktivitas kerjaaan Banten pada saat itu. Di dalam istana ini terdapat sisa bangunan berupa kolam, pemandian para puteri, dan sisa-sisa lainnya yang telah rata dengan tanah.
Selain Keraton Kaibon, peninggalan Kerajaan Banten yang masih bisa kita lihat puing-puingnya samapi sekarang adalah Istana Keraton Surosowan, yakni kediaman Sultan Banten yang dijadikan sebagai pusat aktivitas kerjaaan Banten pada saat itu. Di dalam istana ini terdapat sisa bangunan berupa kolam, pemandian para puteri, dan sisa-sisa lainnya yang telah rata dengan tanah.
3. Masjid Agung Banten
Jejak peninggalan yang satu ini terletak di Kompleks Bangunan Masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen. Berdasarkan sejarahnya, Masjid Agung ini dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin sebagai sultan pertama Kesultanan Demak, yakni putera pertama Sunan Gunung Jati. Salah satu cirikhas yang bisa dilihat dari Masjid Agung ini adalah atap bangunannya yang menyerupai pagoda China. Hal ini menjadi bukti bahwa masjid tersebut merupakan karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Selain itu, terdapat dua buah serambi yang dibangun untuk melengkapi sisi utara dan selatan bangunan Masjid Agung ini. Di sebelah kiri serambi masjid terdapat beberapa makam sultan Banten dan keluarganya.
Jejak peninggalan yang satu ini terletak di Kompleks Bangunan Masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen. Berdasarkan sejarahnya, Masjid Agung ini dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin sebagai sultan pertama Kesultanan Demak, yakni putera pertama Sunan Gunung Jati. Salah satu cirikhas yang bisa dilihat dari Masjid Agung ini adalah atap bangunannya yang menyerupai pagoda China. Hal ini menjadi bukti bahwa masjid tersebut merupakan karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Selain itu, terdapat dua buah serambi yang dibangun untuk melengkapi sisi utara dan selatan bangunan Masjid Agung ini. Di sebelah kiri serambi masjid terdapat beberapa makam sultan Banten dan keluarganya.
4. Benteng Speelwijk
Tidak jauh dari lokasi Masjid Agung Banten terdapat pula jejak peninggalan Kerajaan Banten lainnya, yakni Benteng Speelwijk yang dibangun sekitar tahun 1585. Benteng ini pada zaman dulu dipergunakan sebagai menara untuk memantau aktivitas secara langsung karena berhadapan dengan Selat Sunda. Selain itu, benteng ini juga digunakan sebagai sarana penyimpanan meriam dan alat-alat pertahanan utama lainnya. Di sini juga terdapat sebuah terowongan yang bisa menghubungkan benteng dengan Keraton Surosowan.
Tidak jauh dari lokasi Masjid Agung Banten terdapat pula jejak peninggalan Kerajaan Banten lainnya, yakni Benteng Speelwijk yang dibangun sekitar tahun 1585. Benteng ini pada zaman dulu dipergunakan sebagai menara untuk memantau aktivitas secara langsung karena berhadapan dengan Selat Sunda. Selain itu, benteng ini juga digunakan sebagai sarana penyimpanan meriam dan alat-alat pertahanan utama lainnya. Di sini juga terdapat sebuah terowongan yang bisa menghubungkan benteng dengan Keraton Surosowan.
5. Danau Tasikardi
Danau ini terletak di sekitaran Istana Keraton Kaibon. Menurut cerita, danau ini memiliki luas 5 hektar dengan bagian dasar yang dilapisi oleh batu bata sehingga pada masa itu danau tersebut dikenal dengan Situ Kardi. Selain dijadikan sebagai penampung air di Sungai Cibanten, danau tersebut juga dipergunakan sebagai sistem pengairan sawah dan dimanfaatkan juga untuk pasokan air bagi keluarga Keraton dan masyarakat sekitar Keraton.
Danau ini terletak di sekitaran Istana Keraton Kaibon. Menurut cerita, danau ini memiliki luas 5 hektar dengan bagian dasar yang dilapisi oleh batu bata sehingga pada masa itu danau tersebut dikenal dengan Situ Kardi. Selain dijadikan sebagai penampung air di Sungai Cibanten, danau tersebut juga dipergunakan sebagai sistem pengairan sawah dan dimanfaatkan juga untuk pasokan air bagi keluarga Keraton dan masyarakat sekitar Keraton.
6. Vihara Avalokitesvara
Vihara yang satu ini adalah salah satu vihara tertua yang ada di Indonesia. Masyarakat Banten menganggap bahwa keberadaan vihara ini menjadi bukti bahwa pada zaman dulu, kehidupan umat beragama yang berbeda-beda sangatlah rukun dan bisa hidup berdampingan secara damai. Vihara ini memiliki kondisi yang cukup sejuk karena banyak terdapat pepohonan yang rindang di sekitarnya. Selasar koridornya menghubungkan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain. Tidak hanya itu, Anda juga bisa melihat kisah legenda Ular Putih di dinding vihara yang dibuat dengan bentuk relief dan lukisan estetis.
Vihara yang satu ini adalah salah satu vihara tertua yang ada di Indonesia. Masyarakat Banten menganggap bahwa keberadaan vihara ini menjadi bukti bahwa pada zaman dulu, kehidupan umat beragama yang berbeda-beda sangatlah rukun dan bisa hidup berdampingan secara damai. Vihara ini memiliki kondisi yang cukup sejuk karena banyak terdapat pepohonan yang rindang di sekitarnya. Selasar koridornya menghubungkan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain. Tidak hanya itu, Anda juga bisa melihat kisah legenda Ular Putih di dinding vihara yang dibuat dengan bentuk relief dan lukisan estetis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar